Hidup...
Satu kata, sejuta makna.
Banyak orang diluar sana yang sering bahwa hidupnya buruk, hidupnya boring, hidupnya tidak enak, hidupnya dirundung duka, serasa ingin mati saja. Tak pelak banyak orang diluar sana yang tega mengakhiri hidupnya sendiri hanya karena alasan dia bosan, sedih, penat, frustasi dengan hidup ini. Mungkin saya harus berkata bahwa mereka tidak bisa merasakan esensi dari sejuta makna dari sebuah kata ajaib bernama hidup.
Hidup yang diawali dari kita menangis setelah keluar dari rahim Ibunda, dibantu oleh suster, dokter ataupun dukun beranak. Setelah itu kita menangis sejadi-jadinya. Tangisan dari surga yang telah ditunggu oleh ayah dan bunda selama 9 bulan.
Beranjak balita, hidup ini tidak bisa diingat. Rasanya memori ini dihapuskan begitu saja oleh Tuhan. Hilang tak bersisa. Beranjak SD hidup ini mengajak kita untuk berhitung, membaca, berteman, bahkan beberapa dari kita telah merasakan naifnya cinta monyet yang lucu dan menggemaskan.
Beranjak SMP, SMA mulai merasakan nikmatnya berpacaran. Mulai dari yang pegang tangan sampai yang berani ciuman. Bahkan beberapa dari mereka ada yang sampai ke pelaminan karena melakukan hal bodoh. Masa SMA yang kata orang adalah masa paling indah pun akhirnya terlewati. Masa kuliah yang menyesakkan dada mulai memunculkan letupan-letupan hidup yang akan membuat raga ini menjadi semakin dewasa, mandiri, tangguh, kuat, intellegent dan lebih baik lagi.
Lalu saya ajak anda lagi menyelami lebih dalam sejuta makna hidup selain garis besar jalan hidup kebanyakan dari kita dari masih bayi sampai mengeyam bangku kuliah.
Hidup itu...
Hidup itu ketika kita menangis melihat orang yang kita cintai meninggal. Rasanya bumi ini runtuh tenggelam sampai ke dasar bumi. Tak ada lagi esensi kehidupan yang terasa. Rasanya hidup ini mati seiring kematian orang yang kita sayang. Tapi, dari yang sudah meninggalkan kehidupan ini, kita bisa menjadi lebih hidup. Coba lihat beberapa rumput yang pelan namun pasti tumbuh di tanah bekas kebakaran hutan. Mereka hidup, dan mencoba tumbuh dari tanah yang dibumi hanguskan. Karena hidup hakikatnya trus hidup, tanpa harus takut mati atau takut kehilangan yang mati.
Hidup itu ketika kita tertawa bahagia bersama keluarga ketika liburan tiba. Rasanya bumi ini menjadi surga saja. Membeli oleh-oleh untuk keluarga, teman, pacar atau sahabat di kota asal. Berfoto-foto ria dengan senyum lebar. Senyum berjuta makna.
Hidup itu ketika kita harus bangun di pagi hari untuk kuliah, sekolah atau kerja. Berusaha untuk tidak beranjak dari tempat tidur, berusaha mati-matian untuk bangun, dengan mata masih tertutup karena saking ngantuknya. Berfikir bahwa seandainya hari Senin adalah hari Sabtu. Setelah berperang melawan kantuk, akhirnya beranjak ke kamar mandi. Setelah mandi tak lupa gosok gigi, ternyata pasta gigi habis. Bingung akan terlambat, akhirnya memutuskan untuk membeli permen penyegar nafas sebelum sampai ke tempat tujuan.
Hidup itu ketika bergadang, bermain kartu dengan teman-teman. Membuat peraturan bahwa siapa yang kalah akan di coret mukanya dengan bedak. Karna ada satu teman yang selalu kalah, mengakibatkan mukanya menjadi putih seperti badut. Semua orang tertawa riang gembira menertawakan lucunya muka si teman yang kalah.
Hidup itu ketika berusaha bangkit dari keterpurukan. Putus cinta antara 2 insan yang saling mencinta. Hari pertama putus rasanya ingin menjedukkan kepala ini ke tembok supaya kenangan bersama sang mantan kekasih bisa terhapuskan dari otak ini, atau tidak makan dan minum selama seharian karena sibuk menangis di pojok kamar dengan banyak tissue bergelimangan di lantai kamar, sehingga kamar yang dulunya rapi dan bersih menjadi jorok dan berantakan. Setelah seminggu barulah bisa menerima kenyataah hidup. "Walau pahit, tapi ini yang terbaik" bisik hati ini. Ya hidup adalah berusaha bangkit dari keterpurukan dan menemukan jalan untuk bangkit kembali dari keterpurukan itu.
Dan masih banyak lagi makna yang tersirat dari hidup ini. Hidup itu sejuta makna teman!
Maka,
Gali maknanya!
Rasakan sensasinya!
Menyatu dengan maknanya!
Karena hidup itu cuma sekali dan hidup adalah Anugrah dari Tuhan Yang Maha Pemberi Kehidupan.